Wednesday, September 19, 2012

Mencintai Penderitaan

Bodhi Tree
Siddharta Gautama dilahirkan sebagai pangeran dalam sebuah kerajaan.
Ayahnya melindungi dia dari kenyataan dunia.
Semua yang ia lihat indah dan baik. Ia tak pernah keluar istana, dan tak tahu dunia sebenarnya seperti apa.

Sampai suatu hari dia keluar istana dan melihat orang sakit dan tua.
Tampak menderita. Lalu dia pun mendapat penjelasan dari pengawalnya bahwa sebenarnya seperti itulah dunia.

Ada rasa sakit, ada sedih, ada penderitaan.
Siddharta sulit menerima kenyataan itu.
Dia yang selalu bahagia, tak merasa kekurangan, hidup dalam istana yang mewah, tidak bisa menerima bahwa apa yang ia alami saat itu tidaklah abadi.
Bahwa ada orang lain yang harus mengalami penderitaan.

Akhirnya Siddharta pun memutuskan untuk meninggalkan anak dan istrinya, untuk mencari kebenaran.
Melalui beberapa proses, ia pun menemukan pencerahan. Di bawah pohon Bodhi. Dan di banyak tempat lainnya.

Suffering, he said, comes from desire.
Penderitaan berawal dari keinginan.
Lebih lanjut bisa dikembangkan menjadi nafsu, ego, dan lain-lain.
Mungkinkah hidup tanpa keinginan? Sulit.
Meski orang bijak mengatakan "Ketidakbahagiaan dimulai karena kita membandingkan antara yang ada sekarang dengan yang seharusnya", namun sebagai manusia sifat mendasar kita memang seperti itu.

Siddharta, atau yang lanjutnya disebut Budha sudah tahu itu.
Dia hanya berpesan, "Choose your desire wisely".

Dalam proses menjadi Budha, Siddharta sempat "menyiksa" fisiknya.
Ia berbulan-bulan tidak makan (beberapa sumber mengatakan makan namun dalam jumlah yang sangat sedikit dan tidak manusiawi).
Hal yang biasa dilakukan banyak orang yang mencari pencerahan waktu itu.
Dengan menyiksa fisik, memerdekakan jiwa.
Mereka bisa menyatu dengan Yang Satu saat tubuh mereka tidak lagi menguasai mereka.
Bebas dari makanan, bebas dari nafsu, bebas dari kehendak.

Sampai suatu saat dia benar-benar mendapatkan pencerahan dan memutuskan bahwa menyiksa dirinya lagi bukanlah sebuah solusi untuk mencapai pencerahan.

Saya ingin bicara tentang mencintai penderitaan.
Dalam beberapa episode hidup saya, saya bercinta dengan penderitaan.
Pernah saya puasa 40 hari, di saat-saat yang cukup sulit dalam fase hidup saya.
Dan saya berhasil. Meski sempat terpotong 1 hari karena masuk UGD :)
Kejadiannya beberapa saat sebelum bulan puasa lalu.

Saya juga sangat sering memaksakan diri untuk tidak tidur.
Pernah tidak tidur selama 2 hari.
Dan akhir-akhir ini tidur jam 4 meski diakhiri dengan dada kiri sangat sakit, bisa jadi karena jantung sudah sangat letih. Belum ditambah penyakit sesak saya, seperti sekarang.

Menyiksa diri sendiri adalah hal yang kadang tanpa sadar saya lakukan untuk melewati masa-masa tersulit dalam hidup saya.
Well, saat menulis ini saya sedang berjuang keras untuk bisa bernafas :)
Tapi seru kok, terlihat bahwa saya cukup cerdas bisa menulis sesuatu dalam kondisi kekurangan oksigen :P

Mungkin logikanya adalah; dengan menyakiti fisik, segala penyakit hati saya bisa terobati.
Mereka melemah karena tidak mendapat asupan energi dari saya.
Di sisi lain, saya tidak punya cukup tenaga untuk mengeluarkan energi negatif, seperti marah, benci, iri dan lain-lain, karena saya memang tidak punya cukup energi kecuali untuk bertahan hidup.

Katakanlah saya gila, tapi ini kebiasaan yang saya lakukan dari kecil.
Punishing myself for things I don't understand.
At some points of my life, I think I'm not even a human.
I feel like I've been misplaced here.
Or I should have a mission to be done before I can check out from this world and go back to my beloved Creator.

Tapi saya bersyukur. Semua ini membuat saya semakin kuat.
Kata seseorang, Azza itu artinya perkasa, sama seperti Azza Wa Jalla, nama Tuhan.
Yang dia tidak tahu, nama saya Waslati berasal dari Wasilah, artinya tak berhijab.
Maksudnya adalah seseorang yang menemui Tuhannya tanpa pembatas.
Karena menurut cerita, saat bertemu Tuhan, kelak akan ada tabir yang membatasi kita dengan Sang Kekasih.

Well... mungkin karena nama yang begitu aneh ini, saya menjadi begitu... aneh.
I guess that's all.

Fase hidup saya saat ini: mencintai penderitaan.
Terkadang terasa menggila dan tidak tertahankan. Terkadang tertawa padahal hati sedang ingin menangis. Tapi, sampai tugas saya selesai, saya belum boleh menyerah.
Kapan waktu saya berakhir? Saya juga bertanya-tanya.
Misi saya sudah dimulai. Dan penderitaan ini?
Tidak apa-apa bila memang semua ini jalan cerita yang Dia tulis.

Kita hanya wayang. Yang bermain dalam adegan cantik yang Dia karang.
Dan saya tidak menyesal. Menjadi butiran debu, asal debu itu Dia cintai.

Mencintai penderitaan, menerima keadaan, berkelahi dengan diri sendiri, menundukkan ego dan nafsu yang menjerit-jerit marah di dalam diri, mengutuki diri sendiri untuk mati dan menyerah.
Semoga pada jalan cerita hidup saya, saya pun bisa menemukan pencerahan sejati.
Memberikan manfaat bagi semesta, lalu mati.


No comments:

Post a Comment