Thursday, April 24, 2014

1, 2, 3

Satu dua tiga empat
Mari genggam hati erat-erat

Lima enam tujuh delapan
Jangan mau dipermainkan lagi, Puan

Sembilan sepuluh
Cintai segala peluh

Sebelas dua belas tiga belas
Enyahkan pikir lemah, tampar wajah keras-keras.

Berhitung semua yang kau beri
Berhitung semua yang kau terima
Berhitung agar hati berhenti memanipulasi
dan akal mengambil alih atas semua untung rugi
Berhitung agar kau bisa pergi
karena kerugianmu terlalu dalam
Berhitung untuk bertahan
Belum saatnya untuk mati
Berhitung berapa lama hidupmu kau butuhkan
sebelum kau benar-benar boleh pulang.

Siapa

Siapa aku yang bisa kau hempaskan saat kau letih
dan kau rengkuh saat kau rindu.

Siapa aku sampah yang tergeletak di sudut kamarmu
yang kau pakai tiap kali kau perlu.

Siapa aku guru yang kau gugu
juga babu yang kau buru.

Siapa aku tak perlu kau tahu
namun saat aku pergi dan tak ada di sisimu mungkin kau cari seonggok aku.

Begitu tak berharga dan tak berarti.
Tak kau larang aku pergi.
Perpisahan begitu kelu dalam sakit yang menderu.
Tak ada lagi kita,
yang tersisa kamu dan serpihan aku.

Pergi Jauh

Aku ingin pergi jauh dengan sayapku.
Meninggalkan segala kulit dan kemasan yang selama ini aku gunakan.

Aku ingin pergi jauh dengan jiwaku.
Tinggalkan tubuh tua ini yang begitu kelelahan.

Aku ingin pergi jauh dari tempat ini.
Tempat di mana segala luka direkatkan.

Terlebih lagi,
Aku ingin pergi jauh darimu.
Muara segala cinta dan harapan yang baru saja aku singkirkan.

Kepada Ibu dari segala Ibu,
Aku ingin pergi jauh ke pangkuan-Mu.
Cukup sudah sakit ini  aku manjakan.
Kembalikan aku ke tempatku.
Rumah indah yang selalu aku nantikan.

Sehirup nafas aku ambil, segenggam jiwa aku hembuskan.
Kesadaran membawaku hidup kembali, dengan harapan mengumpulkan segala kesedihan dunia dan menelannya sendiri.
Kepada Satu yang aku dambakan,
semua rasa aku kembalikan.