Sunday, January 03, 2010

The Most Romantic Thing

Saya belajar banyak dari teman-teman saya,
tentang cinta, kekecewaan, dan pengorbanan.

Namun ada satu perempuan, panggil dia Rara, yang sangat membekas di hati saya.

Rara adalah seorang perempuan yang hancur lebur jatuh cinta pada seorang laki-laki, sebut namanya Adam.
Adam, seperti kebanyakan laki-laki lainnya, tidak mau memutuskan apakah ia cinta, menyukai, atau menafsui Rara.
Dan meski Adam kerap menjadikannya bak bola bekel, yang setelah dilempar mental JAUUUH sekali tidak dipungut kembali, Rara tetap mencintainya, luar dalam, langit bumi.

Bertahun-tahun berlalu,
Adam telah menikah dan Rara tak pernah pulih dari cintanya yang rusak itu.
Ya Rara punya banyak laki-laki pelipur lara, tapi dia tau, Adam is the one she loves.

Ada masanya di mana Adam kembali pada Rara, tepat sebelum ia menikah, dan ketika  telah menikah. Rara tahu Adam memiliki pengaruh terlalu besar untuknya.
Dia tidak bisa mengatakan Tidak pada laki-laki satu itu.
Dia akan menyerahkan tak hanya harta, keperawanan, harga diri, namun juga nyawa bila Adam menginginkannya.
And mind you, Rara adalah perempuan yang sangat cerdas, berhasil, terhormat, dan tipe perempuan baik-baik yang takkan bisa dibawa check in meski ditukar sejuta dollar sekalipun.

Ketika Adam menikah dan hubungannya goyang dengan sang istri,
Adam kembali ke pelukan Rara yang berusaha keras menghindar.
Saya bertanya padanya,

"Ra, bukannya itu yang kamu inginkan?
Mendapatkan Adam seutuhnya?
To have him so you can love him?"

Rara hanya tersenyum dan menjawab,

"Justru karena I love him, Za, I let him go.
Perempuan bisa menjadi 2 di dunia ini: Permata atau Penggoda.
Saya tidak ingin merusak hidupnya dengan menjadi penggoda imannya.
Cukuplah saya menjadi permata dalam hidupnya, dan menjaga kesucian cinta saya ini dengan memastikan dia menjadi orang yang baik dan lurus.
Terlindungi dari dosa, setidaknya akibat saya."

Saya terhenyak,
"Bukankah kau menderita, Ra?
Hidup tanpa bisa memiliki orang yang kau cintai?
Malah harus menyaksikannya dengan perempuan lain?
Dan ia pun kerap menelponmu untuk bercerita betapa bahagia hidup mereka berdua, penuh dengan impian-impian yang harusnya bisa jadi milikmu?"

Rara menyulut Sampoerna merahnya,
rokok yang sama yang juga saya hisap,

"Itu yang kamu belum mengerti, Za.
Cinta bukan sebuah tujuan. Bukan pula sebuah alat.
Cinta tidak untuk dimengerti, atau didebat.
Atas nama cinta, saya terkesan menghamba.
Padahal cinta takkan mampu membuat saya berlutut pada nafsu.
Saya bisa orgasme kok, hanya dengan membayangkan senyumnya haha...
Dan saya akan lebih bahagia lagi, Za, kalau bisa menjadi perempuan terbaik untuknya, tanpa dia harus menyadarinya.
Mencintai tak harus memiliki, Neng.
Menurut beberapa orang itu hal yang bodoh, tapi buat saya, Cinta itu Sakral!
Dan cinta saya Za, seperti yang kamu tahu, tidak diobral.
Saya cinta Adam.
Dan meski kelak saya akan menikah, dan mencintai suami saya, cerita dan cinta saya dengan Adam, adalah babak lain dalam kehidupan saya yang menjadikan saya utuh seperti ini.
Saya menghormati rasa cinta itu.
Saya menerimanya, apa adanya..."

Saya tahu, teman-teman dekat kami menyebut gayanya itu
"Idealisme Gantung Diri".
Ibarat menyediakan diri sebagai Papan Dart yang bisa dilempari panah oleh laki-laki yang dicinta. Untuk kemudian ditinggalkan dalam keadaan "rusak", "sakit", dan "tidak diakui".

Tapi hei.. siapa kita untuk mencap orang-orang seperti Rara sebagai Rusak, Sakit, dan Tidak Diakui.
Saat dia merasa sangat kaya dengan cintanya itu.
Dan bisa menitikkan mata saat Adam dan istrinya mengirim email foto anak mereka.

Dia menangis bahagia untuk kebahagiaan Adam
dan dia berterima kasih pada istrinya karena telah berhasil membuat orang yang paling dia cintai itu bahagia...

Well done Rara!
Percayalah, cinta itu takkan pernah mengkhianatimu, sebab kau tak pernah menyalahgunakannya. I have faith on you...
Tapi entah kenapa, kadang hati ini miris sekali melihat senyum sekaligus air mata di wajahmu. Saya tak pernah bisa menyimpulkan, apakah kau sedang bahagia atau bersedih.
Maaf Ra, saya tidak bisa menjadi pelampung bagi hatimu yang belum berlabuh...

1 comment: