Sunday, January 03, 2010

a lonely marriage

Salah satu alasan kenapa kita menikah adalah karena kita tidak ingin sendirian, dan kita benci kesepian.
Bagi laki-laki, ada perasaan bahagia tersendiri begitu pulang lelah bekerja dan bisa bilang, "Honey, I'm hooome..." meski kalimat itu diucapkan sambil melempar tas dan sepatu hingga membuat sang honey menjadi geram. Capek-capek nyapu, ngepel, beres-beres rumah kok dia begitu pulang bikin gempa skala 5 richter!

Dibenci tapi dicintai.
Disebali tapi dibutuhkan.
Sebentar mengusir sebentar memeluk.
Aaah maunya apa sih?!

Perempuan pun tidak lepas dari harapannya sendiri.
Usai menikah, yang diharapkannya adalah bulan madu panjang, di mana seumur hidupnya dia akan dicintai, dikeloni, didengarkan, dan memiliki sahabat sejati plus kekasih yang setia hingga ajal memisahkan. Mantafff, angkat gelas juragan!

Bagi laki-laki, free sex and less foreplay. Yesss!!!

Lalu menikahlah mereka. Si L dan P.
Beberapa saat, L dan P menikmati masa-masa terindah dalam hidup mereka. Hei, sampai katanya tai kucing rasa coklat! Lebay oy lebay :p
Tak terlalu lama, pernikahan jadi rutinitas. 4 L mengintai dari berbagai sudut.
Lu Lagi Lu Lagi.
Tidaaak!
Buka mata ada dia.
Ke kamar mandi, ada dia.
Nonton tv, remotenya di dia.
Mau bobo, dia lagi.
Mau main game, aaah... dia lagi!
Mau ngegosip lama-lama di hp, ada dia lagi.
Hmpfff...
Berbahagialah mereka yang bekerja di kantor.
Dan nistalah mereka yang bertemu setiap saat :p

Seks menjadi terlalu familiar.
Seminggu 2 kali.
Sekali 2 minggu.
Sebulan sekali.
3 bulan sekali.
Yah... Cukup dengan senyuman saja dia bisa orgasme hmpffff....

Ciuman pun terasa hambar.
"Habis makan apa sih Yang?"

Lama-lama,
sudah biasa menjadi bosan.
Sudah bosan menjadi segan,
sudah segan menjadi... udahan?

Segan bicara.
Segan memulai.
Segan menyentuh.
Segan mengalah.
Segan apapun.

Tak heran si L kian menenggelamkan diri dalam karier.
Si P kian berdedikasi mengurusi anak atau mencari kesenangan di mall: pemburu baju/tas/sepatu yang mengira membeli barang bisa dianalogikan sebagai membeli cinta.
Think again, girls...

Pada satu saat,
bila pada momen yang salah
atau momen yang tepat
salah satu atau keduanya menemukan seseorang yang MAU mendengar,
mencoba mengerti,
walaupun orang itu hanya bertindak bagaikan TemboK,
mereka, L dan P akan tergelincir dalam perselingkuhan atau permainan "perbandingan".

Yang jelek semakin jelek,
Yang busuk semakin busuk.
Salah siapa?
1 jari menunjuk ke lawan, 4 jari menghunjam diri sendiri.

Pada banyak cerita,
para P menunggu di rumah,
menangis tanpa suara,
kadang mereka bahkan tak tahu mereka sedang menangis...
Mereka pikir anak cerdas yang manis dan gemar tertawa itu adalah Piala.
Piala yang menyimbolkan kalau hidupnya komplet plet dan bahagia.

Siapa nyana rongga itu tak pernah tertutupi. Meski ia punya 11 anak yang memegang 11 piala.
Hmmpff...

Dia mulai berani bersuara
Tapi suara yang keluar lirih bagaikan tiupan angin di musim kering.
Dia sadar, dia cuma ingin bicara.

Dia ternyata haus akan "pengakuan",
butuh akan "penghargaan"
lapar akan "kasih sayang".

Sudah bertahun-tahun si L tidak melihatnya, as in
benar-benar melihatnya dan bilang,
"Kamu cantik!"

Atau si P yang mengatakan
"Kamu gagah pakai kemeja itu..."

Lalu mereka berciuman dalam babak penutupan
Sebelum kata The End menandakan ini adalah happy ending!

Tapi eit... Tunggu dulu!
Pilih sendiri petualanganmu!
Dan saat kau pun sudah memilih, yakinkah dia masih mau memilih, setelah sekian lama?
It takes two to tango
And three to threesome?
Ngaco kau!

Anyway,
Ada 2 kepala dalam pernikahan, and it should stay that way.
Apapun yang dimulai berdua, selesaikanlah atau upayakanlah berdua pula.
Tidak ada yang tak mungkin bila memang ingin.
Buang segala ego dan rasa muak yang tertanam (kalau bisa).

Bahagia, tidak bisa disulap Gan!
Bukan investasi jangka pendek yang bisa ditarik kapanpun kau mau.
Lebih tepat bila dibilang semacam tanaman langka.
Terlalu banyak air salah, kurangpun dia kering.
Pikir-pikirlah ikuti mood dia hendak kemana. Tak ada yang pasti karena bukan matematika.
Bila kau pikir itu rumit, pikirkan lagi hidupmu selama ini.
Satu PR besar ini masak tak mau kau tuntaskan?

The lonely marriage is a virus in this busy and ungrateful city.
I hope your marriage won't be infected by one.

Hargai apa yang kamu punya.
Jangan buat alam menantangmu untuk mengajarkan bersyukur...

No comments:

Post a Comment