Wednesday, July 03, 2013

You don't need to be happy to live

Sudah lama tidak merasa sesakit ini.
Seperti akar yang dicabut dari tanah dengan paksa.
Begitulah aku, kamu, dan dia.

Kamu tahu aku tidak akan bisa meninggalkan dia, meski hatiku sudah tak di dia lagi.
Tapi aku sudah membuat pilihan; menderita di sampingnya.
Dibanding membiarkan orang-orang yang kucintai berduka karena perpisahan kami.

Dan saat aku sudah mau muntah mendengar kata cinta, kamu datang.
Dengan kepolosanmu. Kebodohanmu. Tawaranmu akan hati yang bulat-bulat.
Pada awalnya membuatku terbahak-bahak. Kamu bodoh.
Cuma orang bodoh yang membuka dirinya pada orang lain yang baru dia kenal,
dan dengan jujur mengatakan cinta.

Kamu tidak punya 1 pun kualitas pasangan yang aku inginkan.
Namun entah kenapa, kebodohanmu membuatku terharu.
Atau iba?
Apapun itu, rasa itu tumbuh.
Kucabuti rumput liar yang kau sebar diam-diam tiap kali kau mengamatiku termenung.

Dari iba, tumbuh simpati. Dari simpati, tumbuh cinta?
Yang pasti, semua harus dihentikan sebelum terlalu dalam.
Aku sudah membuat pilihan untuk tidak bahagia.
Dan itu tidak apa-apa.
Katanya, kita tidak perlu bahagia untuk bisa hidup.
Kita hanya perlu bernapas.

1 comment:

  1. salam kenal ya ,follow juga dong blog saya http://hardy-bonvisa.blogspot.com/

    ReplyDelete